Label

Home (6) Me (2) Show (1) Travelling (4)

Selasa, 16 September 2014

JELAJAH JAWA TIMUR

Assalamu'alaikum...

Haaayyy,


Lama tak sua yaa... Well, beberapa bulan kemarin saya disibukkan dengan persiapan pernikahan. Tepatnya bulan Juni 2014 kemarin saya dipersunting (ciee...) oleh arek Jawa Timur. Tepatnya laki-laki ganteng a.k.a pria tampan dari Blitar (^_^). Tempat dimana Sang Proklamator Ir. Soekarno, lahir.


Ada cerita, beberapa tahun yang lalu, saya dan seorang teman "nyasar" ke suatu rombongan sekitar 30 bis besar yang menuju ke Blitar untuk kepentingan politik. Nggak nyangka, sekarang saya "nyasar" kembali ke Blitar untuk kepentingan "hati". Yaelaah...

 
Meet My Bestfriend... Estu.

Setelah beberapa kali kunjungan keluarga ke mbah lik di Surabaya yang cuma nge-Mall, serta kegiatan dinas yang cuma bandara-hotel-kantor, Maka dari pernikahan inilah...akan dimulai (kembali).


Hi... Meet my husband.. ^_^


Jelajah Jawa Timur. Let's Move!!

Jumat, 14 Maret 2014

The Rambut Monte Lake

The Hidden Serenity

Danau Rambut Monte. Belum perlu ke Eropa, Amerika Latin atau Afrika. 
Di Desa Krisik, Kec. Gandusari, kurang lebih 30 km dari Kota Blitar, Jawa Timur juga ada "surga kecil" tersembunyi dengan tiket masuk Rp 8.000.

Menginjakkan kaki pertama di parkiran, kesan pertama adalah ketenangan. Nyanyian burung, suara gesekan ranting, daun dan gemericik air. MasyaAlloh... Padahal saya belum liat wujud danaunya seperti apa dan belum pernah mencoba browsing juga. Ok, kesan mistis pasti ada karena disitu ada tempat peribadatan umat hindu, semacam candi (saya lupa namanya).

Kalau ada cinta pandanganpertama, Subhanalloh... begitu lihat danaunya, saya takjub pada pandangan pertama. Langsunglah lari ga peduli sama yang nganterin kesitu (maaap...).
 
Landscape Danau Rambut Monte
Cantik kaaann? Di danau ini ada bisa terlihat banyak ikan hitam-besar disebut ikan Dewa oleh warga sekitar. Sayangnya ikan-ikan itu dilarang dipancing! Yup, The Fish are Sacred. Dikeramatkan. Konon, jika kamu "beruntung", kamu bisa melihat The Living Bone Fish a.k.a Tulang Ikan Hidup. Jadi ikan hidup tapi cuma ada tulangnya saja. T_T

Ikan Dewa

Di tengah danau, ada seperti kepulan pasir. Itu adalah pusat pancaran mata air. Di sekitar mata air itu airnya berwarna biru muda, diametenya sekitar 3-4 meter, agak jauh dari pusat mata air, airnya berwarna bening dan jernih.


Pusat Pancaran Mata Air
Danau Rambut Monte ini berlokasi "eksklusif" karena transportasi ke tempat ini hanya bisa menggunakan kendaraan pribadi. Ga ada transportasi umum. Tapi akses jalan ok. Danau tidah terlalu jauh dari jalan desa, tetapi semua jalan yang dilalui untuk menuju kemari sudah beraspal dan tidak rusak. sepanjang jalan juga disuguhi view road trip yang cantik, sawah, sungai, hutan...

Kemarin waktu saya kesini, hanya ada satu penjual makanan-minuman di gubug sangat sederhana. Lokasi wisata juga sangat bersih. Senangnya... tenangnya... sejuknya... hematnya....(lho)

Agak blusukan sedikit, ada semacam waduk kecil, semacam penampungan air dari sumber mata air mungkin digunakan untuk irigasi. Melalui jembatan "2 bambu" kita bisa sampai disana hanya dengan jalan kaki sekitar 5 menit.
Jembatan 2 Bambu

Penampungan air
Sebelum menengok danau di luar negeri sana, tengoklah ketenangan tersembunyi di negeri kita sendiri. Lebih indah, lebih cantik, lebih hemat... LOVE IT!!

As Beautiful As The Lake, ME!






Rabu, 12 Maret 2014

Ramayana Ballet, Sendratari Ramayana : Rama-Shinta, War for Love


Landscape Panggung Pagelaran Sendratari Ramayana

Assalamu'alaikum,
Hai,
Minggu ke-2 bulan Oktober 2013, lagi-lagi saya pergi ke Jogjakarta untuk kesekian kalinya. Saya yakin sebagian besar orang pernah ke sana, dan saya lebih yakin lagi, orang yang kesana pasti pernah menjejakkan kaki di Jalan Malioboro yang ramai sesak dan penuh barang setipe yang bisa dibeli dengan metode tawar-menawar.


Deliciusooo.... Cheapooo... Kenyangooo...


Padahal, pada malam hari tanggal tertentu, sekitar 40-60 menit dengan bus TransJogja trayek 1A hanya dengan Rp 3.000 ke arah timur dari Jl Malioboro tersebut ada pesona lain dari Jogja. Tanpa tawar-menawar, dijamin memuaskan dan tidak akan menyesal. Ramayana Ballet atau dalam bahasa setempat disebut Sendratari Ramayana dipertunjukan di ruang terbuka berlatar belakang megahnya Candi Prambanan. Sandratari Ramayana digelar di atas panggung persegi dikelilingi kursi-kursi dari batu disusun layaknya kursi bioskop. Latar belakang mistisnya Candi Prambanan dan lighting yang apik, membuat pertunjukan sangat "dapet feel-nya". Layaknya pertunjukan dalam gedung, tiket dijual dalam beberapa kategori dengan harga bervariasi. (cari data harga tiket, lokasi dan keuntungannya). Tiket juga bisa dipesan by phone jauh sebelum sendratari dipentaskan. Hal yang sangat menyenangkan saya alami sebelum menyaksikan pertunjukan ini. Saya sudah booking jauh hari untuk tiket kelas II dengan harga Rp 100.000. Tapi pada saat saya datang, tiket kelas II entah bagaimana, sudah habis terjual. Dengan budget seorang backpacker, munculah keberanian untuk complain "Mbak, saya kan dah pesan untuk kelas II dari jauh-jauh hari, katanya bisa?? Kok tiba-tiba saya dah sampai sini tiketnya habis? apa gunanya saya booking lewat telepon?" setelah berdiskusi (mungkin) dengan supervisornya, saya diberi tiket bertuliskan S II (Kelas II) dengan harga kelas II, tetapi saya "diletakkan" di bangku kelas I. Assseeeekkk.... 

Seat kelas I, Harga Kelas II
 
Setelah duduk di atas kursi batu dengan hidung terkembang puas, pertunjukan dimulai. Ramayana Ballet diawali dengan sambutan hangat dari 2 orang pembawa acara (atau mungkin narator) yang menyampaikan pengantar cerita dalam 2 bahasa, Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia. Tidak perlu khawatir tidak mengerti apa isi cerita Ramayana Ballet, karena sang narator memberikan sinopsisnya lengkap sampai dengan akhir ceritanya. Benar-benar pertunjukan yang sama sekali tidak menimbulkan rasa penasaran.... hehehhe...

Mengisahkan tentang cinta paling romantis di dunia pewayangan, Rama-Shinta yang cintanya tumbuh dan makin mesra di atas peperangan antar-negara. Benar-benar cinta yang tidak sederhana dan panas (karena negara Alengka dibakar habis oleh Anoman, hehehe...). Tembakan panah sang Rama selalu tepat sasaran, begitu pula panah cintanya (hehehe...). dan sang Bidadari Pewayangan Shinta menari dengan sangat lemah lembut. Meskipun tidak bisa melihat wajahnya, aura cantik dan lembutnya Shinta terlihat dari gerak gerik tubuhnya yang lemah gemulai mengikuti iringan gamelan. Rama juga tidak kalah gagahnya. Rahwana tidak kalah jahatnya, dan Anoman tidak kalah lincah dan beraninya sampai-sampai dia membakar negara Alengka. Cerita lengkapnya bisa dibaca disini.
Jajaran Pemain....

 Pertunjukan Ramayana Ballet dipentaskan secara indor dan outdor, untuk indor dipentaskan di Purawisata dekat dengan Malioboro dan dipentaskan hampir setiap malam. Berbeda dengan Ramayana Ballet yang dipentaskan outdor, pertunjukan hanya ada di tanggal tertentu, itupun tidak selalu lengkap 4 babak. Forrtunately, pada saat saya datang, Ramayana Ballet dipertunjukkan lengkap 4 babak. jadi, sekali main, cerita selesai sampai dengan kembalinya Shinta kedalam pelukan Rama (Ciieee...). Sendratari Ramayana dimainkan oleh puluhan penari-penari. Penari-penarinyanya semua tampan dan cantik, menari dengan gagah, luwes dan lemah gemulai full aksesoris dan make up khas untuk penari Jawa. Entah siapa koreografernya. Tapi pertunjukkan sendratari ramayana sangat menawan dalam pembawaannya. Gerakan tari, tata letak penari, akan berbeda dan sangat pas dengan situasi yang diciptakan. Tanpa melihat raut wajah pemain, hanya dengan melihat gerakan dan cara bergerak penarinya, saya yakin sebagian besar penonton paham bahwa Shinta-Rama sedang bermesraan, bahwa Shinta sedang sedih, bahwa Rama sedang cemas, bahwa Rahwana sedang marah. Adegan peperangan benar-benar tidak mengandung unsur kekerasan. Ini adalah satu-satunya peperangan yang disajikan dengan gagah, tanpa darah (mungkin karena wayang tidak memiliki darah) dan sangat kewes. Luarrrrr biasa... 

Between Rama & Shinta...

HIGHLY RECOMMANDED. Something that you have to enjoy before DIE!

PETUALANGAN DI KEPULAUAN SERIBU :1st Destination : Pulau Tidung, Part 2: Laut vs Ramadhan.... untung ada Jembatan Cinta!!

Yup!

Assalamu'alaikum,

Nglanjutin Part 1 kemarin, berlibur ke daerah pantai saat Ramadhan terasa sangat kering. Badan kering, tenggorokan kering, kantong juga kering (lho). Pantai dan pasir putih dimana-mana, laut dan penghuninya siap di explore, watersport juga siap dijajal. Tapi nihil. di pantai ga bisa berenang jadi cuma mainan air dan pasir, mau (nemenin) snorkling juga ga bisa karena yang ditemenin juga puasa. Yah begitulah... tidak 100% menikmati, tapi juga tidak menyesal... 

Mainan air dan pasir, cukuplah. tapi harus sedikit hati-hati karena ada bulu babinya. Nonton orang lain watersport juga cukuplah karena bisa sambil liatin anak-anak penduduk asli mancing ubur-ubur hanya menggunakan senar. Dan kegiatan yang cukup menyenangkan tanpa harus basah adalah bersepeda keliling pulau, daaaaann foto-foto...yeaaaahh. (foto-foto adalah alternatif jika kita bepergian ke suatu tempat yang indaaaah tapi ga bisa "diapa-apain").

Air di Tidung menurut saya, cukup bagus visibility nya (sok tau..hehe). Apa buktinya? Buat saya yang masih sangat awam, Jembatan Cinta-lah yang bisa menjawabnya. Dibangun di atas laut untuk tujuan wisata dan menghubungkan Pulau Tidung dengan pulau-kecil-entah-apa-namanya diseberangnya, Dari Jembatan Cinta ini dasar laut bisa terlihat dengan jelas. Jadilah saya melakukan "Dry-Snorkling" (hehehe...) via Jembatan Cinta ini. Tanpa alat selam, tanpa basah. Jembatan Cinta selain bagus untuk narsis, juga bagus untuk melihat dasar laut dan biota-nya itu jika kamu (dan saya) tidak bisa atau malas berenang untuk snorkling. Airnya jernih. Spesies ikannya pun tidak monoton. Saya beneran nggak tau nama ikan-ikan ataupun tumbuhan yang hidup disitu. Tapi yang paling penting, saya menikmatinya.

hyahyahyahyaaa...

Ikan-ikan arisan berkelompok dimana-mana, dari arisan motor, panci sampe paket wisata (Lho??) Bukan, bukan. Mereka bukan Ikan-Arisan atau Ikan-Kumpulan-RT tapi Schooling Fish. yaitu segerombolan ikan yang (biasanya sejenis) berenang bersama sama. selain itu ada juga ikan yang lebih suka sendirian seperti ikan-putih-pipih-panjang, seperti jarum. Ada yang warna merah, biru, hijau terang. (nampaknya saya perlu belajar nama-nama ikan, biar tulisannya jadi lebih bagus...). Dan bulu babi...banyak!. Nampak hitam berkelompok dan berjarum. Panjang Jembatan Cinta lumayan juga. Cukuplah untuk melepas pandangan yang senin-jumat hanya memandang monitor komputer. Udara juga suegeeerrr tenan rek. kebetulan juga pas mendung, jadi enak buat jalan-jalan. Tenaaang... besok-besok bisa balik lagi. 

Bulu babi di dasar laut, terlihat jelas dari Jembatan Cinta

I don't wanna talk about the food. It's really disapponting. Sedikit, mahal. Usulan : Bawa Po# Mi# yang banyak. Hehehe...

OK... waktunya balik ke crowded-nya Jakarta!!

Senin, 23 September 2013

PETUALANGAN DI KEPULAUAN SERIBU :1st Destination : Pulau Tidung, Part 1: How to get to Tidung Island...Jakarta to (Not) Jakarta.




Assalamu'alaikum,

Haaaiii... Sebagai anak dari kampung dan "tiba-tiba" "harus" jadi warga Jakarta, saya punya misi untuk mendatangi setiap pulau di Kepulauan Seribu di Utara Jakarta. Misi pertama adalah ke Pulau Tidung salah satu member Kepulauan Seribu. Saya juga kurang tau ada apa dan mau ngapain kesana.

Datang dari seorang teman yang bercerita di depan kelas, Tidung dikatakan sebagai Phuketnya Indonesia. Jadi penasaran kan, browsinglah saya. Kata Mr.Google, disana ada pantai pasir putihnya, ada jembatan cintanya, ada snorklingnya, ada watersportnya, ada saeafoodnya, dan ada penduduknya (ya iyalaaahh). Yup sekarang saya tau ada apa di Tidung tapi masih belum memutuskan mau ngapain disana.

OK, pulau tujuan dikunci. Bermodal nekat, hari Jumat malam, saya nanya sama teman sekosan transportasi ke Tidung. Tidak begitu peduli nanti bagaimana tidur dan makan di Tidung, yang penting saya berangkat dan sampe dulu di sana. Sabtu pagi bulan Ramadhan tahun 2013 pukul 04.30 saya berangkat naik bajay ke Stasiun Manggarai, naik KRL tujuan Jakarta Kota, dari situ bisa naik angkutan umum dengan urutan bis-angkot-odong2. Tapi karena sedang diburu waktu keberangkatan kapal, saya naik taksi ke Pelabuhan Muara Karang, sekitar pukul 07.30, agak terburu-buru karena kapal hampir berangkat, saya beli tiket (Rp45.000). Yup itu kapal kayu semacam kapal nelayan "2 lantai" dengan lantai atas yang sangat rendah sampai jalanpun harus jongkok.

Entah berapa orang penumpangnya, dari berbagai usia, profesi, suku, dan ras (hehehe), yang jelas penumpangnya banyak. Sampai saya juga harus duduk diluar, di ekor kapal, beralaskan pelampung...Empuuukk (penggunaan pelampung seperti itu adalah tidak benar).

Keluar dari pelabuhan, membelah Teluk Jakarta. Khasnya Kota Jakarta pun sampai terbawa sampai ke Teluknya. Sampah plastik mengapung dimana-mana. Jakarta banget deh. Sempat kurang yakin, "jangan-jangan, repot-repot jalan-jalan ke Tidung, dapet-dapetnya pemandangan-pemandangan sampah bertebar-tebaran (hehehehe...)". Tapi setelah 3 jam perjalanan, jawaban dari rasa penasaran saya adalah Tidak. Tidak perlu khawatir, Tidung tidak seperti Jakarta.  Tidak ada gedung tinggi, tidak ada jalan beraspal, tidak ada mobil, tidak ada macet, tidak berisik, tidak berpolusi, tidak banyak sampah (tapi masih ada), dan tidak ada monas (ya iyalaaah..^^). Berasa "terbang" 3 jam dari Jakarta (bukan berlayar). Berasa bukan di Jakarta.

Mendarat dengan cantik (cieee...) di Pelabuhan Tidung, banyak bentor, hemm atau betor atau bector, intinya, becak yang didorong dengan motor. Jauh dekat (tapi sebenernya dekat semua) Rp 15.000. Saya diantar Pak Bentor-Bernama-Nur, diantar cari penginapan. Banyak losmen dan tak ada hotel berbintang, tapi saya lebih memilih rumah warga biar bisa berbaur jadi warga Tidung sehari. "Jalan utama" di Tidung hanya ada 1, dengan material paving blok, lebar sekitar 2-3 meter. Selebihnya gang-gang kecil saja. Dengan mudah kita bisa bedakan warga asli atau wisatawan. Pada umunya, warga sekitar menggunakan alat transportasi berupa sepeda motor, sementara wisatawan jalan kaki atau bersepeda (tarif sewa sekitar Rp 15.000 entah per apa, yang jelas bukan perjam, karena saya disana 2 hari 1 malam bayarnya tetep segitu).

Penginapan-Rumah-Warga yang direkomendasikan Mas Nur, bertarif Rp250.000, berada di jalan utama, ada 2 kamar, ruang tamu, ruang tengah, dapur, 1 kamar mandi, dan memiliki 1 AC untuk 1 rumah (bukan 1 ruangan). Termasuk murah dan pas untuk menginap semalam saja. Didukung dengan Kedai Seafood-Pinggir-Pantai, sempurnalah untuk saya yang berkantong pas-pasan, tidak suka ribet dan hobi makan. Makasih Mas Nuuur... dari penginapan, naroh tas dan perbekalan, saya diantar ke tempat penyewaan sepeda (biaya antar include di biaya bentor Rp 15.000 tadi). Bertemulah saya dengan si sepeda pinky berkeranjang, berkarat dan bertuliskan nama ownernya dengan pilok. YONO.

to continued.... PETUALANGAN DI KEPULAUAN SERIBU :1st Destination : Pulau Tidung, Part 2: Laut vs Ramadhan.... untung ada Jembatan Cinta!!